Melestarikan Boso Walikan dengan Kamus berbasis Pemrogaman Desktop dan Mobile
Bagi kita warga Malang dan sekitarnya, mungkin tak asing dengan kata-kata 'kera Ngalam', 'Arodam', atau 'Nawak Itajes'. Kosakata-kosakata tersebut di atas merupakan bagian dari boso walikan khas Malang. Namun, dalam perkembangannya, tidak semakin banyak yang menggunakan boso Walikan dalam sehari-hari. Perlunya pelestarian kembali bahasa yang merupakan khas dari para Arema ini. Salah satu upayanya dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Sejarah Boso Walikan
Boso walikan atau yang dikenal juga dengan nama Boso Malangan itu sendiri memang awalnya di usulkan oleh Ebes Suyudi Raharno dari kalangan pejuang Gerilya Rakyat Kota (GRK) sebagai bahasa komunikasi antar pejuang. Tujuannya sebagai bahasa sandi untuk membedakan mana pejuang dan pendukungnya dan mana musuh. Perkiraan munculnya sekitar tahun 1949 untuk menghalau strategi Belanda yang banyak menyusupkan mata-mata ke kalangan pejuang untuk memburu pejuang pendukung Mayor Hamid Rusdi.
Bahasa ini tidak memiliki aturan yang baku meskipun kebanyakan orang banyak memformulasikan sebagai 'bahasa walikan' meskipun kenyataannya tidak semua kata berasal kata yang dibalik dan semua kata bisa di balik.
Kamus Boso Walikan
Boso walikan ini memiliki keistimewaan yang tidak ada di daerah lain. Oleh karenanya, perlu upaya serius untuk terus melestarikannya. Peran pemerintah melalui dinas kebudayaan dan pariwisata diperlukan. Selain itu, peranan masyarakat juga diperlukan, tak terkecuali masyarakat TI (Teknologi Informasi).
Pelestarian boso walikan yang bisa dilakukan masyarakat umum antara lain dengan media sosial. Kita bisa menyisipkan boso walikan dalam status atau tweet, dan sebagainya. Nah, bagi masyarakat TI, gagasan yang muncul dalam benak penulis ialah membuat aplikasi Kamus Boso Walikan dengan bahasa pemrograman yang multiplatform seperti Java. Sang programmer harus merancang layout dan tool-tool dalam mengentrikan kosakata Indonesia beserta boso walikannya ke dalam database aplikasi tersebut. Dalam pengembangannya, selain berbentuk aplikasi desktop, arah aplikasi tersebut bisa dikembangkan dengan platform mobile (J2ME) atau Java Android. Ayo, siapa yang tertantang untuk membuat aplikasi sekaligus melestarikan kebudayaan bangsa? :)
Arvendo Mahardika - Ralla Amadeo Vitra Syahriar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar